Pendidikan Seksual Penting, tapi Masih Dianggap Tabu

Membicarakan “seks” sering kali dikaitkan dengan stereotip vulgar, pornografi, atau bahkan menuai banyak kontroversi di masyarakat dan para orang tua. Padahal, pendidikan seksual yang diberikan kepada remaja justru dapat mencegah perilaku seks bebas serta berbagai risiko kesehatan reproduksi, termasuk penyakit menular seksual. Sayangnya, pemikiran tabu di masyarakat sering kali menganggap bahwa pendidikan seksual sejak dini identik dengan pembicaraan tentang aktivitas seksual. Padahal, konsep ini jauh lebih luas dari sekadar itu. Pendidikan seksual mencakup pemahaman tentang kesehatan reproduksi, batasan pribadi dengan orang lain, serta cara melindungi diri dari berbagai risiko yang berkaitan dengan seksualitas.

Sumber: Pinterest

Realitas Remaja Indonesia Saat Ini

Di Indonesia, remaja masih sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi dan seksual. Beberapa isu yang kerap muncul antara lain perkawinan remaja, minimnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual, kehamilan di usia muda, kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual seperti HIV dan AIDS, aborsi yang tidak aman, maupun kekerasan berbasis gender (Pakasi & Kartikawati, 2013).  Fenomena ini menunjukkan bahwa pendidikan seksual bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan, melainkan perlu diajarkan sejak dini agar anak memiliki pemahaman yang benar mengenai hak tubuh mereka. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seksual

Untuk mencegah kemungkinan buruk tersebut pada saat remaja, di sinilah peran orang tua sangat penting untuk mengajarkan Pendidikan seksual sejak dini mungkin. Menurut beberapa ahli pendidikan seksual yang diwawancarai oleh Healthline, jika sejak kecil anak sudah terbiasa mendengar tentang kesehatan reproduksi dan batasan tubuh, maka saat mereka beranjak remaja, topik ini tidak lagi dianggap tabu. Salah satu langkah penting dalam pendidikan seksual sejak dini adalah mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka dengan istilah yang benar, seperti vagina dan penis, bukan menggunakan nama samaran. Hal ini penting agar mereka tidak merasa malu membicarakan tubuh mereka sendiri dan lebih berani mengungkapkan jika mengalami tanda-tanda pelecehan atau penyakit. Selain itu, orang tua perlu mengajarkan bahwa tubuh anak adalah milik mereka sendiri, sehingga tidak ada seorang pun yang boleh menyentuhnya tanpa izin, termasuk orang yang lebih tua sekalipun. Pendidikan ini bertujuan untuk melindungi anak dari potensi pelecehan seksual. 

Pendidikan seksual harus diberikan sesuai dengan tahapan usia anak. Pada masa kanak-kanak, fokusnya adalah mengenalkan bagian tubuh, batasan diri, serta memahami konsep persetujuan. Menginjak usia remaja, orang tua harus lebih banyak mengajarkan dan memperhatikan tentang batasan diri dalam pergaulan, hubungan yang sehat, seks yang aman, risiko kehamilan, serta penyakit menular seksual. Fase remaja adalah masa eksplorasi di mana individu mulai mencari identitas seksual mereka. Pada fase ini, mereka akan lebih banyak terpapar informasi terkait seks dari berbagai sumber, baik itu media sosial, internet, maupun pergaulan (Saripah et al., 2021).  

Stigma Pendidikan Seksual

Stigma yang melekat di masyarakat bahwa pendidikan seksual masih sering di anggap tabu oleh nilai budaya dan ajaran agama. Seksualitas sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau dosa, sehingga banyak orang tua enggan membicarakan hal ini dengan anak-anak mereka. Padahal pendidikan seksual bagian penting dari pendidikan dasar bagi anak dan remaja. Dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini, kita dapat membantu mereka memahami tubuh mereka sendiri, menjaga batasan dalam pergaulan, serta mencegah dari berbagai risiko kesehatan reproduksi.

Penulis: Fatiya Aulia (Volunteer WEI Batch 9)

Editor: Cut Raisa Maulida

REFERENSI

Pakasi, D. T., & Kartikawati, R. (2013). Antara kebutuhan dan tabu: pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di SMA. Jurnal Makara Seri Kesehatan, 2(17), 79–81. https://doi.org/10.7454/msk.v17i2.xxxx

Saripah, I., Nadhiroh, N. A., Nuroniah, P., Ramdhani, R. N., & Roring, L. A. (2021). Kebutuhan Pendidikan Seksual Pada Remaja: Berdasarkan Survei Persepsi Pendidikan Seksual Untuk Remaja. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 5(1), 8. https://doi.org/10.30598/jbkt.v5i1.1170

Dewi, D. S. (2020). Tips dan Cara Memberikan Pendidikan Seksual kepada Anak. tirto.id.

Fitriani, R. (2023). Pendidikan Seks di Indonesia Masih Dianggap Tabu, Apa Dampaknya? Goodnews From Indonesia.

Leonardi, F. (2025). Mengapa Pendidikan Seks Masih Dianggap Tabu di Masyarakat Kita? Kompasiana.

Patricia, V. (2025). Pendidikan Seksual; Perlukah Diterapkan dalam Kurikulum Sekolah? Kumparan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *