
Sumber : The New York Times
Melahirkan merupakan salah satu kerja tubuh biologis seorang perempuan. Mungkin banyak kebahagiaan dan senyum haru menyambut datangnya gelar yang disandang “ibu”. Namun, bagi sebagian perempuan, beberapa hari setelah memiliki bayi kerap menjadi perjalanan emosional. Pengalaman pertama kali dengan tingginya harapan sosial untuk mampu menjadi sosok ibu yang “sempurna”, seringkali membuat kewalahan dan memicu timbulnya depresi pasca melahirkan.
Depresi Pasca Melahirkan
Depresi pasca melahirkan, atau di dunia medis dikenal dengan PostPartum Depression, adalah suatu kondisi seorang perempuan yang baru saja melahirkan bayi mengalami gangguan mood. Biasanya hal ini mengakibatkan perempuan menjadi mudah cemas, sering merasa sedih, dan diikuti tanda tanda kehilangan ketertarikan dalam beraktivitas. Perempuan yang mengalami depresi pasca melahirkan sering kali merasa tidak berguna, bersalah, bahkan bisa disertai halusinasi untuk membunuh bayinya.
Berbeda dengan “baby blues” yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari, depresi postpartum dapat bertahan lebih lama hingga berbulan-bulan dan dapat berdampak pada kehidupan ibu dan anaknya.
Mengapa Seorang Ibu bisa menjadi Depresi Pasca Melahirkan?
Bagi perempuan, selama berjuang, mulai dari masa kehamilan sampai dengan melahirkan merupakan periode transformatif. Banyak perubahan yang terjadi pada diri, baik aspek fisik maupun psikologis yang membuatnya banyak menghadapi kesulitan. Terlebih, perubahan hormonal yang terjadi pada saat melahirkan akan sangat mempengaruhi mood seorang perempuan. Perlunya adaptasi terhadap peran baru, guncangan emosional akibat bayi yang menangis terus-menerus, berkurangnya jam tidur untuk menjaga bayi, dan tidak bisanya melakukan hal-hal yang sebelumnya dilakukan oleh perempuan. Aktivitas itu cenderung membuat perempuan menjadi kelelahan dan dapat memicu depresi. Lingkungan sekitar turut mengambil peran penting bagi keadaan mental, dari ada tidaknya dukungan yang diberikan oleh pasangan dan keluarga, serta juga ekspektasi mereka terhadap perempuan yang bisa menambah tekanan.
Bagaimana cara mereka mengatasinya?
Masih banyaknya informasi yang belum tepat di kalangan luas tentang masalah kesehatan mental pasca melahirkan. Di sisi lain, informasi yang salah ini dapat menghentikan seorang perempuan untuk menyadari bahwa dirinya sedang menderita kesulitan dan takut untuk memberitahu siapapun tentang perasaannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari cara mengenali dan memperlakukan perempuan setelah melahirkan. Terkadang perempuan yang mengalami, termasuk keluarganya, tidak dapat mengenali bahwa situasi seperti ini dapat berkepanjangan dan menganggap bahwa perasaan tidak adil dan tidak bahagia itu adalah hal yang tidak normal ketika mengurus seorang anak.
Salah satu tanggapan awal ketika seorang perempuan menyadari bahwa dia mengalami depresi pasca melahirkan adalah mulai berbagi perasaan mereka dengan orang-orang terdekat dan berinteraksi bersama komunitas perempuan yang mengalami pengalaman serupa. Tak jarang juga bagi beberapa perempuan, akan berkonsultasi langsung dengan seorang ahli seperti psikolog atau psikiater untuk meminta saran tentang apa yang harus ia lakukan di fase seperti ini.
Selain bantuan dari luar, tentunya perempuan harus memberi pemahaman kepada dirinya sendiri. Mengelola stress, meluangkan waktu untuk diri sendiri, tidur yang cukup, makan makanan sehat dan bernutrisi, serta berolahraga ringan bisa membantu untuk menyeimbangkan kondisi mental.
Depresi pasca melahirkan adalah masalah nyata yang masih menjadi tantangan bagi para perempuan, dan membutuhkan banyak perhatian dan juga dukungan. Peran penuh cinta seorang ibu akan lengkap dan pulih kembali, ketika perempuan sadar dan peduli terhadap kesehatan mental termasuk Depresi Pasca Melahirkan. Di balik senyum seorang ibu, ada banyak perjuangan yang tidak terlihat yang harus kita hargai.
Penulis : Fildza kamila (Volunteer WEI BATCH 9)
Editor : Desy Putri
Referensi
Agrawal, I., Mehendale, A. M., & Malhotra, R. (2022). Risk factors of postpartum depression. Cureus, 14(10).
Sari, R. A. (2020). Literature review: Depresi postpartum. Jurnal Kesehatan, 11(1), 167-174.
Utamidewi, W., Tayo, Y., Satya Putra, P., Febrianto, M., & Naufal Hafidz, A. (2023). Communication experiences of women surviving postpartum depression in Indonesia. Jurnal Komunikasi Profesional, 7(2), 313 – 326.